Purwosari Pasuruan, Selasa Kliwon, 17 Juni 2025.
Tidak ada yang kebetulan dalam hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Di dalam Angka I Ching Kitab Perubahan China Kuno; Angka 17 adalah Following/Pendukung/Penyangga/Support System, sedangkan di Jawa Kuno Angka 17 dilisankan sebagai PITULAS; adalah Pitulungan dan Kawelasan, Pertolongan/Pitulungan nya berupa Ilham, Petunjuk, Hidayah dari Tuhan Allah sebagai wujud Orang Mukmin, Taat dan Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai di Al Quran, Surat Al Bakoroh Ayat 5 : “Orang yang beruntung adalah mereka yang selalu tetap dapat Petunjuk dari Tuhan Allahnya”. (Baca : Petunjuk; Beruntung, Legi, Manis, Bejo, Untung yang arti makanya, mengarah pada Sosok Pahlawan Untung Suropati, Ikon Kabupaten Pasuruan. red.)
Ini bisa menjadi Jalan “RoadMap” Laku Lampah Perjalanan JAMU JAMUAN PERJAMUAN AGUNG MANUSANTARA, sebagai bagian yang holistik terpadu & komprehensip dengan Program Pemulihan & Pemuliyaan Nusantara (2025)
APA ITU CABE JAWA & RANDU :
Kebun cabe jamu berbasis pohon randu adalah sistem pertanian di mana tanaman cabe jamu (Piper retrofractum Vahl) ditanam di sekitar atau di bawah pohon randu (Ceiba pentandra). Sistem ini memanfaatkan pohon randu sebagai tempat rambatan bagi tanaman cabe jamu, sekaligus memberikan naungan dan manfaat lainnya bagi kedua jenis tanaman tersebut.
CABE JAWA = CABE PUYANG
Ya, dalam ramuan jamu cabe puyang, cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) adalah bahan utama yang tidak bisa digantikan dengan jenis cabe lainnya. Cabe jawa ini memberikan rasa pedas khas dan berbagai khasiat yang dicari dari jamu tersebut.
Cabe puyang sendiri adalah sebutan lain dari cabe jawa, dan sering digunakan sebagai bahan dasar dalam jamu untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan seperti pegal linu, masuk angin, dan lainnya.
Jadi, jawaban singkatnya adalah ya, cabe jawa ada dalam ramuan cabe puyang dan merupakan komponen penting dalam jamu tersebut.
POTENSI CABE JAWA dengan RANDU:
Potensi budidaya tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum) dengan tegakan tambahan berbasis Pohon Randu (Ceiba petandra) cukup besar karena Cabe Jawa dapat tumbuh dengan baik pada lahan dengan ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut dan suhu 27-32 derajat Celsius. Tanaman ini juga dapat tumbuh di lahan kering berbatu dan memiliki daya adaptasi tinggi.
Kelebihan Budidaya Cabe Jawa:
– Nilai Ekonomis Tinggi: Cabe Jawa memiliki harga jual yang tinggi, yaitu sekitar Rp 50.000 per kilogram, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
– Permintaan Pasar Tinggi: Cabe Jawa memiliki permintaan pasar yang tinggi, baik di dalam negeri maupun luar negeri, sehingga peluang pasarnya cukup besar.
– Kegunaan Multifungsi: Cabe Jawa dapat digunakan sebagai obat tradisional, bumbu masakan, dan insektisida nabati, sehingga memiliki potensi pasar yang luas.
Syarat Tumbuh Cabe Jawa dengan Tegakan Pohon Randu:
– Ketinggian Lahan: 0-600 meter di atas permukaan laut.
– Suhu: 27-32 derajat Celsius.
– Curah Hujan: 1.259-2.500 mm/tahun.
– Jenis Tanah: Tanah lempung berpasir dengan struktur tanah gembur dan berdrainase baik.
Tips Budidaya Cabe Jawa dengan Tegakan Pohon Randu:
– Pemilihan Bibit: Pilih bibit yang sehat dan berkualitas.
– Penanaman: Tanam Cabe Jawa di lahan yang telah disiapkan dengan baik dan memiliki pohon pelindung seperti Pohon Randu.
– Pemeliharaan*: Lakukan penyiraman, penyiangan, dan pemupukan secara teratur untuk meningkatkan hasil panen.
Adanya Simbol KAPOK di Logo Kabupaten Pasuruan:
Pasangan Simbol Tanaman Sinandhi/ Tetengger; berupa Tebu ( Baca : Legi, Manis, Bejo dan Untung, Mengarah Ke Pahlawan Untung Suropati, Ikon Kabupaten Pasuruan. red.) dan Kapuk Randu: Keduanya Melambangkan penghasilan dan penunjang perekonomian masyarakat.
Pohon yang dimaksud dalam logo Kabupaten Pasuruan kemungkinan adalah Kapuk Randu (Ceiba petandra), yang merupakan salah satu simbol penghasilan dan penunjang perekonomian masyarakat Kabupaten Pasuruan.
Hubungan Randu di Budidaya & RANDU Simbol di Logo Kabupaten Pasuruan:
Ya, Randu yang dimaksud dalam konteks budidaya Cabe Jawa dan Randu yang ada di logo Pemerintah Kabupaten Pasuruan kemungkinan besar adalah sama, yaitu Kapuk Randu (Ceiba pentandra). Kapuk Randu adalah jenis pohon yang dapat digunakan sebagai tanaman pelindung atau tegakan tambahan dalam budidaya tanaman lain, termasuk Cabe Jawa.
Dalam logo Kabupaten Pasuruan, Kapuk Randu (Ceiba pentandra) melambangkan penghasilan dan penunjang perekonomian masyarakat. Sementara itu, dalam budidaya Cabe Jawa, Kapuk Randu dapat digunakan sebagai tanaman pelindung yang memberikan naungan dan meningkatkan kualitas tanah.
Jadi, Randu yang sama (Ceiba pentandra) memiliki peran yang berbeda dalam kedua konteks tersebut.
INOVASI & KREATIVITAS BATIK MOTIF RANDU :
Desa Randupitu di Kabupaten Pasuruan telah membuat batik motif Randu, khususnya “Batik Sekar Randu”. Batik ini merupakan hasil budaya desa yang mulai digelorakan kepada masyarakat melalui ibu-ibu dan anak-anak. Inovasi ini dilakukan untuk melestarikan budaya batik sebagai warisan masa depan dan meningkatkan kreativitas anak-anak.
Kegiatan yang Dilakukan:
– Lomba Mewarnai Batik Sekar Randu: Diadakan untuk anak-anak TK dan SD dalam rangkaian acara Fun Day Randupitu untuk menanamkan kecintaan pada budaya lokal sejak dini.
– Pengajaran Membatik: Pemerintah Desa Randupitu mengajarkan membatik corak Sekar Randu kepada masyarakat untuk melestarikan budaya batik.
Tujuan:
– Melestarikan budaya batik sebagai warisan masa depan
– Meningkatkan kreativitas anak-anak
– Meramaikan ekonomi desa melalui UMKM
– Meningkatkan citra desa sebagai desa kreatif dan inovatif
Desa Randupitu telah menjadi contoh bagaimana batik motif Randu dapat dikembangkan dan dilestarikan sebagai bagian dari budaya lokal.
Sehingga telah terjadi Sinergitas Jamu, Batik, Pertanian Perkebunan, Ekonomi dan Sastra Budaya Jawa sebagai wujud Perlindungan Pelestarian Warisan Budaya Nenek Moyang Leluhur Bangsa Nusantara Indonesia.
Besok malam, semalam suntuk, Rabu Legi sd Kamis Pahing 18-19/6/2025 semakin tergenapi bertambah ragam Sinergitasnya dengan adanya; Pagelaran Wayang Kulit Jawa Ringgit Purwo KLASIK Jawa Timuran oleh Ki Sudarto; Dalang Purwosari Pasuruan dengan Lakon WAHYU KATENTREMAN.
Penulis : Guntur Bisowarno (Ketua ASJI : Apoteker Saintifikasi Jamu Indonesia)