Opini

Kepala Daerah Jangan Paksakan Sekolah Jam 6 Pagi

Ridho R
20
×

Kepala Daerah Jangan Paksakan Sekolah Jam 6 Pagi

Sebarkan artikel ini

Oleh: [Prof. Dr. KH Sutan Nasomal SH, MH, Pakar Hukum Pendidikan Internasional dan Guru Besar di Bidang Pendidikan]

Jakarta – Kebijakan memulai sekolah sejak pukul 06.00 pagi di beberapa daerah di Indonesia belakangan menjadi perbincangan hangat. Di satu sisi, ada niat baik agar pelajar punya waktu lebih panjang untuk belajar. Namun, apakah kebijakan ini benar-benar sesuai dengan kapasitas dan kondisi otak pelajar Indonesia?

Prof. Dr. KH Sutan Nasomal SH, MH, pakar hukum pendidikan internasional dan guru besar di bidang pendidikan, menegaskan bahwa jam masuk sekolah pukul 6 pagi tidak ada dasarnya dalam pola pendidikan global. Bahkan, di seluruh dunia, aturan seperti itu tidak ditemukan kecuali pada sekolah-sekolah tertentu yang tidak mengikuti aturan kementerian pendidikan.

Menurut Prof. Sutan, kemampuan otak pelajar Indonesia hanya mampu fokus maksimal selama 3 jam belajar. Setelah itu, energi dan konsentrasi menurun drastis sehingga materi pelajaran yang disampaikan tidak akan terserap dengan baik. Pakar kesehatan juga mendukung hal ini, menyatakan bahwa otak anak-anak dan pemuda perlu waktu istirahat agar kesehatan fisik dan mental mereka tetap terjaga.

Pola pendidikan Indonesia sudah sangat maju dan dirancang sesuai karakter budaya dan kemampuan anak-anak bangsa. Memaksakan pola belajar dari luar negeri yang tidak cocok dengan kondisi lokal justru akan merugikan pelajar.

“Anak-anak harus mendapatkan waktu belajar yang ideal, yaitu mulai pukul 8 pagi hingga 1 siang, kemudian pulang untuk istirahat siang selama dua jam. Ini penting agar kesehatan jiwa dan fisik mereka tetap optimal,” kata Prof. Sutan.

Data menunjukkan bahwa 30% anak mengalami putus sekolah karena tidak merasa nyaman dan senang dengan sistem pendidikan saat ini, sementara 20% lainnya sulit belajar karena materi terlalu berat dan durasi belajar terlalu panjang. Jika jam belajar terlalu lama dan dimulai terlalu pagi, risiko stres dan depresi pada anak-anak semakin besar.

Prof. Sutan bahkan mengingatkan para kepala daerah agar tidak “ngelantur” memaksakan kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pelajar. Jika ada kepala daerah yang memaksakan sekolah mulai jam 6 pagi hingga sore hari, menurutnya sebaiknya mereka berkonsultasi dengan dokter jiwa untuk memahami dampak kebijakan tersebut.

Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Oleh karena itu, merancang kebijakan yang menghargai kapasitas otak dan kondisi psikologis pelajar adalah langkah bijak yang harus diambil pemerintah daerah dan pusat.

Dengan memperhatikan batas maksimal fokus otak pelajar Indonesia, kita tidak hanya menjaga kualitas belajar, tetapi juga kesehatan mental dan kebahagiaan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *